Manfaat Menjadi Penulis | Menjadi Jurnalis atau Penulis Karya Tulis Ilmiah? | oleh MILA SEPTIAN HARYATI
"Menjadi manusia yang memiliki pengalaman, ilmu, hikmah, bahkan memiliki banyak bekal untuk perjalanan setelah di dunia membutuhkan banyak pengorbanan, tantangan bahkan rasa tidak nyaman. Tetapi yakinlah, jika dijalani dengan rasa bahagia karena meyakini akan ada sesuatu yang "indah" selepas "rasa tidak enak" itu, maka Allah akan benar-benar menjadikan "apapun yang kita alami" akan "baik untuk dunia dan akhirat kita" Belajar yakin ke Allah! karena Allah Maha mampu..
Bismillahirrahmanirrahim...
Ditulisan kali ini Saya ingin mencoba sharing pengalaman, lebih tepatnya suka duka menjadi seorang penulis *walaumasihonproses-- doain ya, semoga Saya bisa menjadi penulis Profesional--Amin*
Kalian pernah memiliki cita-cita agar tulisan kalian dimuat dalam sebuah majalah, koran, atau jurnal nasional dan internasional? lebih tepatnya "Tulisan kalian ingin dipublikasikan di media massa?"
*maaf guys, jujur! ketika nulis ini Saya sedang sangat tidak Mood! Tapi demi kalian akan saya lanjutkan* (Ngomong sama "MyGoodRead" alias "pembacasetiasaya" haha)
Saya memiliki cita-cita ketika menjadi Mahasiswa, saya ingin tulisan-tulisan saya dimuat di salah satu media massa *bukan fb atau twitter yaa*. Alhamdulillah terwujud. Tulisan saya diterbitkan dalam sebuah Majalah Universitas Mataram yakni : Majalah Civitas unram.
***
Kalian tahu tidak kenapa tulisan saya dimuat di majalah Civitas Unram? karena saya jadi repoter di majalah tersebut. Menjadi reporter di majalah tersebut, awal mulanya adalah karena saya ditunjuk oleh wakil dekan yang sekaligus dosen di program studi saya, untuk mewakili mahasiswa FKIP yang bergabung dengan UKM Media. Tertarik? iya sangat tertarik. Kalau kalian ngomongin dunia tulis menulis dengan saya, saya rasanya ingin menraktir kalian. *haha* biar lama ngomongnya, karena jujur, ketika mendengar kata "menulis" dan "penulis" rasanya bahagia banget. Maka dari itu, ketika ditawarkan untuk menjadi delegasi mahasiswa FKIP yang akan masuk di UKM Media Universitas Mataram rasanya senang sekali.
***
Awalnya nyoba-nyoba. Saya mengira menulis berita, sama halnya seperti menulis karya tulis ilmiah. Tahukan kalian? menulis berita sangat, sangat, berbeda dengan menulis karya tulis ilmiah.
***
Suatu ketika saya bersama dengan salah seorang teman mencoba membuat berita untuk dipublikasikan di media massa. Saat itu, kami baru saja selesai meliput suatu kegiatan. Ternyata tulisan kami mendapat cibiran, cemoohan dari anggota-anggota UKM Media yang sebelumnya telah fakum. *kalo ini beda lagi critanya, jadi gak usah dibahas yaa :D*
***
***
Kamipun mencoba mempelajari lebih mendalam dunia jurnalistik, saat itu kamipun mengadakan pelatihan dasar jurnalistik.
***
Temen-temen yang biasa baca berita, jangan salah loh! ternyata berita yang kalian baca diperoleh dengan cara yang luar biasa, banyak capeknya! tapi mungkin inilah yang namanya mencintai pekerjaan. Saya anggap begitu, karena mereka yang hingga saat ini masih bertahan menjadi seorang jurnalis dengan berbagai macam resiko, bekerja bukan semata-mata mencari uang tetapi mencari kesenangan.
***
Temen-temen yang biasa baca berita, jangan salah loh! ternyata berita yang kalian baca diperoleh dengan cara yang luar biasa, banyak capeknya! tapi mungkin inilah yang namanya mencintai pekerjaan. Saya anggap begitu, karena mereka yang hingga saat ini masih bertahan menjadi seorang jurnalis dengan berbagai macam resiko, bekerja bukan semata-mata mencari uang tetapi mencari kesenangan.
***
Pengalaman yang saya rasakan ketika menjadi seorang jurnalis di Majalah Kampus Universitas Mataram banyak suka dukanya. Pertama, saya sama sekali masih awam dengan dunia tulis menulis di media masa, memang saya memiliki besik menulis. Tetapi arah tulisan saya lebih kepada karya tulis ilmiah seperti essay, KTI. Kalau untuk berita, masih sangat minim pengalaman bahkan tidak ada. Tapi Alhamdulillah, ditempat tersebutlah saya dididik, dan belajar banyak.
Belajar untuk bekerja dengan cepat dan aktif mencari informasi, dan satu hal yang paling penting, berani. Menjadi jurnalis dituntut untuk berani. Berani bertanya, berani mengahadapi orang-orang "penting"
tapi dari sinilah saya bisa membuka pemikiran saya, bahwa hidup gak sesimpel yang kita pikirkan. Untuk mendapatkan sesuatu membutuhkan pengorbanan, termasuk para jurnalis yang ingin memperoleh informasi atau berita dari berbagai latar belakang narasumber. Rasanya sangat-sangat penuh suka-dukanya *saya gak bisa cerita banyak, mending kalian nyoba sendiri :"D" (Menyenangkan, menantang dan tertekan karena kamu harus segera ngejar detline untuk mengirim tulisan agar segera dipublikasikan :"D)
***
Menjadi penulis karya tulis ilmiah. *duh pas nulis "namanyanya" hati bahagia banget* haha
iya...
dia adalah hidupku
dia adalah kecintaanku
dia dia dia
saya menyenangi hal ini semenjak masuk dalam organisasi yang bernama UKM Penalaran Riset Ilmiah Mahasiswa (PRIMA) Universitas Mataram. Ternyata kepribadian saya yang "suka akan sesuatu yang dinamis" gak "statis" terjawab dimomen dimana saya mulai bergabung dengan UKM ini.
***
***
Kalian pernah tidak membaca atau mendengar ceramah dosen atau guru kalian, bahwa ilmu pengetahuan bersifat dinamis. Ketika ada fakta atau pememuan baru yang lebih relevan dengan kondisi masa kini, maka ilmu atau teori lama akan mulai ditinggalkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan, ilmu atau teori yang ada sejak dulu masih digunakan dan relevan dengan kondisi masa kini.
Jadi maksud saya begini, saya adalah tipikal orang yang "fleksibel" tidak menyukai sesuatu yang bersifat baku dan kaku. Ketika saya dihadapkan dengan yang seperti itu, saya merasa saya tidak dapat bebas untuk berpikir, berkreasi, dan melakukan sesuatu semau saya.
*waduh-- melakukan sesuatu yang postif ya :D *
Iya, ini salah satu alasan saya untuk tidak memperpanjang masa kerja saya menjadi reporter *huhu* :)
***
Info saja : karakteristik saya yang tidak menyukai sesuai yang statis, menjadikan saya mengambil jurusan ilmu sosial, karena sifat dari ilmu sosial adalah dinamis. Berbeda halnya dengan ilmu-ilmu eksak, yang sangat kental dengan prosedur dan cara-cara yang telah tersistematis dan dipatenkan harus begini dan begitu.
***
Info saja : karakteristik saya yang tidak menyukai sesuai yang statis, menjadikan saya mengambil jurusan ilmu sosial, karena sifat dari ilmu sosial adalah dinamis. Berbeda halnya dengan ilmu-ilmu eksak, yang sangat kental dengan prosedur dan cara-cara yang telah tersistematis dan dipatenkan harus begini dan begitu.
***
Allah Maha Hebat, Maha Baik, Maha Keren dan pokoknya super banget dalam hal mendesain dan menciptakan sesuatu dimuka bumi, termasuk menciptakan diri berserta karakter yang saya miliki :D. manusia yang diciptkan hanya bisa memuji-Nya:)
***
Maaf agak "gak nyambung" *tolongpahami*
Jadi inti dari tulisan saya malam ini....
Ketika kamu menjadi seorang jurnalis kamu harus dapat berpikir kritis, dan memiliki pengetahuan atau wawasan mengenai tata cara menulis berita yang baik dan benar. Kamu harus memiliki kecakapan berkomunikasi, agar saat mewawancarai narasumber yang sesuai dengan topik "tulisan dalam beritamu", informasi yang kamu peroleh akan lebih bermakna dan dapat dijadikan bahan dalam berita yang ingin kamu tulis. Saat kamu jadi jurnalis, kamu harus selalu siap 24 jam *tergantungperusahaantempatkamukerja* karena kamu seketika harus meliput suatu peristiwa atau fenoma yang baru terjadi, *jadi harus standbye* biar gak digantiin sama yang lain :"D (ini juga jadi alasan kenapa saya harus berhenti menjadi repoter, karena saya tidak bisa menyesuaikan jadwal liput dengan kuliah :)
***
***
Siap-siap capek, siap-siap harus banyak belajar, dan jangan gampang stres karena bekerja menjadi jurnalis memiliki kepuasan tersendiri bagi yang melihatnya dari sudut pandang berbeda :)
^Jadi pesan saya, pandai-pandai melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda! agar apa yang kamu lakukan menyenangkan dan bernilai ibadah :)^ *hehe
***
Penulis karya tulis ilmiah juga harus berpikir kritis, ini hal yang penting dalam semua jenis pekerjaan maupun profesi, karena dengan berpikir kritis, kita akan mampu melakukan perubahan atau terobosan baru terhadap suatu kondisi yang sebelumnya belum baik dan tidak berjalan dengan yang seharusnya. Berpikir kritis pada saat menulis berita akan digunakan untuk menilai dan merespon pendapat atau informasi yang diperoleh seorang jurnalis dari berbagai sumber. Seorang jurnalis menggunakan kemampuan berpikir kritis ini agar tulisannya dapat berkualitas dan memiliki nilai dimata masyarakat, namun berbeda halnya dengan penulis karya tulis ilmiah. P-KTI *singkatnyabiar gak panjang* berpikir kritis sifanya masih sama, yakni untuk menilai sesuatu, tetapi proses ini lebih kepada bagaimana penulis mencari dan menemukan masalah, kemudian mengaitkan masalah dengan berbagai macam sebab-akibat terjadinya masalah, kemudian dari hal tersebut muncul ide atau gagasan yang diyakini dapat menjadi solusi dari masalah (ribet ya? ini gak seribet apa yang saya tuliskan. Jadi buktiin sendiri ya *mulai nulis KTI- SEGERA CARI LOMBA* :))
***
P-KTI menyediakan ruang bagi seseorang untuk berpikir bebas, namun masih dalam kaidah keilmiahan. Seseorang tidak hanya memindahkan informasi verbal dalam sebuah tulisan *sepertidalammenulis berita* tetapi P-KTI lebih kepada menulis sesuatu untuk menjawab atau menyelesaikan masalah yang terjadi. Jika saat menjadi jurnalis harus memiliki data untuk memastikan kejelasan dari suatu informasi dalam berita yang dibuat. Berbeda dengan P-KTI, data hanya dijadikan sebagai jalan untuk mengenali masalah sehingga dapat dengan mudah mencari solusi atau mencetus suatu gagasan yang sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi
***
Kamu bisa jadi apapun, seorang jurnalis atau penulis KTI, atau bahkan kedua-duanya: jalan manapun yang kamu tempuh selama tujuan dan niatmu baik yakni : ngembangin potensi yang Allah berikan serta dapat memberikan dampak positif bagi yang lain itu gak masalah.
jadi apapun kamu, aku tetap ngedukung *haha* jalani, nikmatin, dan banyak berdo'a dan selalu bersabar. Karena hidup itu Misteri yang setiap waktu akan hadir hal-hal yang mengejutkan dalam. Tetapi bagaimanapun hakekat hidup yang kita ketahui, serta apa yang kita yakini saat menjalaninya, yang paling penting adalah "Ingat Allah" Allah Allah Allah,
***
Diakhir tulisan ini saya hanya ingin memberikan sedikit kabar :D
ALLAH SWT ADALAH SEBAIK-BAIKNYA PEMBERI
SEBAIK-BAIKNYA PENUNJUK JALAN
DAN SEBAIK-BAIK BAIK PENENTU MASA DEPAN
JANGAN LUPA!! JALIN HUBUNGAN SAMA ALLAH, JAGA PERASAAN ALLAH, JANGAN BUAT ALLAH CEMBURU,
CINTAI ALLAH
DAN BERDOALAH
"Ya Allah jadikanlah hamba mu yang banyak salah-dan dosan ini menjadi orang mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu, dan mencintai hal-hal yang membawa hamba mencintai-Mu" -coba ucapin kalimat ini selepas sholat :)
Jalan apapun yang kamu tempuh, pastikan itu buat kamu makin cinta dan makin sayang sama Allah
*Seorang jurnalis atau Seorang Penulis KTI*
:)
bye
Wasalam
Gamabr 1
Ini cerita 2 tahun lalu, Mataram 16 April 2016.
Saat saya jadi reporter; sedang mewancari dosen dari UGM :)
Ini salah satu manfaat menjadi seorang jurnalis atu reporter, kamu memiliki relasi yang banyak :)
Ini cerita tahun lalu, tepatnya 26 Agustus 2017
Ini salah satu manfaat bagi Penulis KTI, kamu bisa jalan-jalan ke manapun dengan karya tulis ilmiah.
termasuk saya, dan adek tersayang Sindi Nopita Agustina
Alhamdulillah kami masuk 10 besar lomba essay nasional yang diadakan oleh Universitas Negeri Padang
Gambar 3
Saya emang udah hampir 4 tahun di Lombok, tapi sama sekali tidak pernah menyentuh tempat ini yakni "Sade Village", salah satu destinasi wisata di Lombok yang masih memengang kuat adat dan tradisinya, tapi Qadarullah Allah mengijinkan saya kesini lewat menulis KTI
Alhamdulillah 2017 kemarin juga diizinin sama Allah untuk mengunjungi tempat ini, SOLO
Alhamdulillah, nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan.
Astagfirlahallazim,
semoga kita termasuk hambanya yang bersyukur dan menjadi pengemban nikmat (termasuk bakat dan potensi yang kita miliki) dengan amanah dan keikhlasan . Amin ya Rabbal Alamin....
Komentar
Posting Komentar