Interakasi Edukatif (IE) Sebagai Sarana Membangun Kembali Karakter Anak Bangsa
Seiring
perkembangan zaman segala macam perubahan terlihat jelas, baik dari segi
pengetahuan , iptek, gaya hidup serta tingkahlaku dari diri pribadi manusia itu
sendiri. Terdapat banyak keluhan dari masyarakat melihat munculnya berbagai
tawuran serta konflik yang didalamnya melibatkan para pelajar yang masih
mengenakan seragam sekolah , tidak jarang dalam konflik tersebut para pemuda
menggunakan senjata tajam untuk melangsungkan aksinya saat tawuran berlangsung.
Indonesia adalah suatu negara yang
memiliki ideologi negara yaitu Pancasila. Dasar pemikiran filosofis yang
terkandung dalam setiap sila-sila pancasila mengandung makna dalam setiap aspek
kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan , dan kenegaraan harus berdasar pada nilai
Ketuhanan, kemanusiaan,persatuan , kerakyatan, dan keadilan. (Kaelan. 2014) . Nilai-nilai
yang harusnya terceremin pada warga Negara Indonesia khususnya generasi muda sebagai
tombak perubahan menuju masa depan yang cemerlang justru malah diredupkan
dengan tumbuhnya karakter-karakter yang sangat jauh dari nilai-nilai yang
dipegang teguh oleh para leluhur bangsa. Hal tersebut menjadi tugas besar bagi
pemerintahan khususnya dunia pendidikan dalam rangka menumbuhkan kembali
pendidikan yanng tidak hanya mengedepankan kecerdasan intelektual, tetapi juga
afektif dan psikomotorik.
Pemerintah telah melakukan berbagai
macam cara dalam mewujudkan manusia Indonesia yang dicita-citakan , mulai dari
pergantian kurikulum yang setiap saat berubah serta dikeluarkannya peraturan
perundang-undangan no. 20 Sisdiknas Th.
2003 yang di dilamnya berisi tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab . Walau demikian ,
hal tersebut tidak berdampak besar bagi dunia pendidikan , niat awal sebagai
solusi kini malah menerjadi beban bagi para guru karena berlakunya kurikulum
serta peraturan baru. Maka dalam hal ini perlu adanya suatu cara yang musti dilakukan
dari pihak pedidik guna pendidikan karakter tersebut dapat segera dipupuk agar
segera dapat menjadi tumbuhan yang berbuah baik dan bermanfaat bagi bangsa dan
negara.
Dalam mewujudkan manusia yang
bermoral dunia pendidikan merupakan salah satu cara yang pertama dan utama. pendidikan
bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusianya.
Guru merupakan pendidik dalam
lembaga pendidikan formal disekolah, secara langsung atau tegas menerima
kepercayaan dari masyarakat untuk memangku tanggung jawab pendidikan (Hasbullah
thn.2012 hlm. 27) , maka dari itu salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam
hal memperbaiki krisis moral adalah melalui Interaksi Edukatif. Interaksi
edukatif menjadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki
karakter serta krisis moral para generasi muda bangsa Indonesia, karena dalam
interaksi edukatif peserta didik tidak hanya mengikuti kegiatan pembelajaran secara pasif ,
melainkan siswa dapat aktif serta dapat memperbanyak pengalaman melalui interaksi
edukatif. Hal ini dapat dilakukan baik di lingkungan pendidikan formal maupun
dilingkungan pendidikan non formal. Adapun yang perlu dilakukan pada pendidikan
formal adalah melalui peran serta guru sebagai tenaga pendidik yang menjadi
penentu dan penggerak utama dalam proses Interaksi Edukatif. Kegiatan tersebut
menjadi suatu peluang , dimana guru tidak hanya sekedar mengajar dalam artian
menyampaikan materi melainkan juga di dalam interaksi edukatif , guru
dapat menjadi fasilitator, motivator , serta menjadi
teladan yang baik . Dalam Interaksi Edukatif, guru senantiasa mengaitkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar , salah satu contohnya adalah dengan
melibatkan langsung para siswa dalam kegiatan pemberian bantuan kepada korban
banjir. Kegiatan tersebut telah masuk pada kategori Interaksi Edukatif , sebab
kegiatan tersebut melibatakan antara peserta didik dengan para korban bencana ,
dan guru menjadi fasilitator yang sebagai pengarah atau yang mengkomunikasikan
siswa dengan obyek yang dituju, serta bertindak sebagai motivator yang juga
menjadi pendorong bagi siswa dalam melakukan Interaksi Edukatif tersebut.
Dengan hadirnya Intraksi Edukatif tersebut diharapkan dapat meningkatkan
karakter yang dimiliki oleh siswa seperti semakin meningkatnya kepedulian
sosial , adanya sikap saling toleransi serta karakter baik lainnya. Siswa
sangatlah perlu Interaksi Eduktif tersebut , sebab dengan terus dilkukannya Interaksi
Edukatif sikap baik yang dimilikinya akan terus berkembang dan akan menjadi
karakter bagi dirinya.
Interaksi Edukatif tidak hanya dapat
dikembangkan di lingkungan sekolah (formal) , tetapi juga dapat dikembangkan di
lingkungan informal dan non formal. Adapaun interaksi Edukatif yang dilakukan
dilingkungan informal (Keluarga) yaitu
melalui peran serta orang tua, dengan ini orang tua dapat melakukan Interaksi
Edukatif melalui kebiasaan baik di lingkungan keluarga salah satu contonya adalah
orang tua dapat melakukan interaksi aktif dengan anaknya melalui kegiatan
positif yang ada dirumah. Di lingkungan non formal (Masyarakat) , intraksi
edukatif dapat dilakukan dengan membentuk Lingkungan Organisasi Pemuda (LOP) ,
peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya pengembangan
sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam
kesadaran sosial , kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dengan sesama kawan (social skill) dan sikap yang tepat dalam
membina hubungan dengan sesama manusia (social
attitude). (Hasbullah thn. 2012
hlm.36)
Dengan demikian sudah sepatutnya
bahwa pembentukan karakter tidak hanya menjadi tugas utama bagi orang tua ,
melainkan juga dalam hal ini perlu melibatkan beberapa pihak , seperti sekolah
, masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat.
Ketiga tripusat tersebut musti melakukan tindakan cepat dalam rangka menangani
terjadinya krisis moral dikalangan pelajar . Interaksi Edukatif merupakan salah
satu langkah yang tepat yang perlu dilakukan oleha ketiga tripusat ,sebab
interaksi edukatif merupakan kegiatan yang tidak hanya menekankan kognitif
melainkan juga menekankan pada ketercapaiann sikap (afektif) pada seorang
pelajar.
Sumber Pustaka :
Kaelan.
2014. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta
: Paradigma
Hasbullah.
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta;
PT Raja Grafindo Persada
Komentar
Posting Komentar