Cerita Meira #parta1 #cintaNya menjadi syarat #part1

 Bismillah





Sejak menjalani perkuliahan masternya di Negeri Jiran Malaysia, Meira merasa waktu dan kesempatan yang dia jalani hampir mirip dengan study plan yang dia tulis ketika mengikuti seleksi beasiswa di provinsinya. Dia lebih aktif dalam Persatuan pelajar Indonesia, yang memang saat itu, perkuliahan dirinya tidaklah banyak. Hanya beberapa matkul yang akan ia coba pelajari di 3 semester (satu tahun setengah) kesempatan belajar yang diberikan kepadanya. 


Singkat cerita, Meira mulai melakukan Refleksi. Atas sikapnya selama ini yang kadang jauh dari kata Ideal. Tidak ideal menurut seorang Meira adalah: ketika dia malas tidak mau belajar, keadaan tidak ideal menurut seorang Meira adalah ketika dia tak bisa berkontribusi banyak ditempat dimana dia berada. Ketidak idealan menurut Meira adalah saat dirinya terlalu menikmati zona nyaman ketika kuliah namun tidak bisa mengahasilkan satu karyapun untuk dirinya maupun untuk ummat.


Meira memang selalu tak pernah alpa memikirkan dirinya, evaluasi yang dia lakukan tidak jarang malah melemahkan batin dan pikirannya karena perasaan menyesal yang muncul setelah perbuatan atau aktivitas tertentu ia lakukan.


Meira hoby menulis, dulunya, tapi semenjak sibuk aktif diorganisasi Persatuan pelajar, dia telah terpecah fokusnya. Meira memang seorang yang sangat suka dengan Kegiatan Organisasi lebih khususnya kegiatan yg berbentuk project sosial. 


Entah mengapa, jika berbicara tentang project sosial, amat sangat diminati olehnya, sebab Meira memiliki nilai-nilai, dan atas izin Allah, nilai-nilai tersebutlah yg menggerakkan dirinya untuk mau melangkah.


Meira mulai melewati proses perkuliahan jenjang master, meski online dia tetap berusaha melawan berbagai macam kegiatan yang menghalangi fokusnya dalam belajar. Tapi lagi-lagi Meira selalu kalah, kalah dengan agenda organisasi, amanahnya lebih dia utamakan daripada kuliahnya. Walaupun keduanya bisa jalan secara bersama, namun Meira menyadari betul "dia kehilangan kesempatan belajar lebih" pada jurusan yg ia ambil ketika master karena kegiatan organisasi yang menguras waktu dan energinya.

Meira memang menyadari hal itu, Meira sebagai hamba berdoa berharap pada Allah, apa yg sudah terlewati, Jejak yg pernah diukir, mendapat atau dijadikan Allah sebagai pemberat timbangan amal, bukan sebaliknya. 

Meira kini sudah tidak lagi memegang amanah apapun diorganisasi. Kecuali saat ini dia tengah diizinkan Allah membina dua kelompok halaqoh.

Kegiatannya kini juga sudah hampir akan berakhir, karena jatah kuliah dari pemberi beasiswa selama satu tahun setengah sudah hampir habis. Ya, jika menghitung hari Meira bahkan tinggal 90 an hari di tempat kuliahnya saat ini, sebab Februari dia sudah harus kembali ke negara asalnya, dan mencoba untuk menjalani kehidupan baru sebagai anggota Masyarakat, Lulusan luar Negeri, yg entah bagaimana nanti dia akan menerapkan ilmunya.


Meira memiliki harapan, sebelum Lulus master dia dapat hafal juz 30 dalam Al-Quran. 


Meira memiliki harapan, sebelum Lulus master, dia dapat menguasai basic ilmu tahsin/tajwid


Meira memiliki harapan, bisa bertemu Ramadan tahun ini.


Meira juga meminta ke Allah, untuk dipertemukan dengan pasangan yang cintai padaNya kemudian RasulNya, penghafal Al-Quran/mau berporses mengahafal Al-Quran, jago Matematika juga humoris, memiliki ilmu dan pemahaman agama yang lebih dari dirinya, memiliki pasangan yang bisa menjadi temannya dalam profesi penulis, Pendidik, pendakwa. Ya dakwa, pasangan yg mau sama-sama berjuang untuk agama Allah. Meira jg tidak menolak jika pasangan yg Allah berikan memiliki wajah yang rupawan atau sederhana (namun memiliki aura tersendiri ketampanannya, sebab ini sangat subjektif menurut Meira). Artinyaz ketika seseorang itu berwajah biasa saja, namun rapi, bersih, pintar, ini juga menurut Meira termasuk rupawan.

Meira memang tipikal visioner, meski usianya masih terbilang muda. Tapi dia kerap meminta ke Allah agar suatu hari nanti, diizinkan untuk bisa melahirkan generasi Peradaban Islam. Yg niatnya ia beri Nama: Imam Al-Gazali, Imam syafi'i, Imam Nawawi, Imam Ahmad, Muhammad Alfatih, Maryam, Fatimah, Khadijah, dan Aisyah.


Ya, Meira juga sebenarnya hanya mengatakan itu pada Allah, sedang mampu atau tidaknya dirinya untuk itu, kesemuanya ia kembalikan ke Allah sebagai penentu. Terlebih untuk kriteria pertama: murni dan mutlak hanya Allah yang paling tahu. 


Meira selalu meminta ke Allah, untuk jaga hatinya. Bahkan setiap kali, bahkan saat ini ketika dipertemukan dengan sosok yang Meira lihat masuk dalam kriterianya, Meira memilih untuk menetralkan hati untuk tidak mengharapkannya, Meira lebih memilih untuk mengatakan ke Allah: 

"ya Allah, tolong berikan dia jodoh terbaik nya di dunia dan akhirat", 

jika doa itu jawabannya adalah dirinya, maka Meira tentu Bersyukur, pun jika tidak, tidak akan sia-sia, sebab diawal doanya adalah untuk orang yg ia kagumi agama dan akhlaknya, ia nyatakan dulu pada RabbNya, kemudian selanjutnya mendoakan orang yg ia ketahui baik akhlak dan agamanya, yg dimana ia juga meyakini, saat dirinya mendoakan kebaikan untuk orang lain, malaikat akan berada di sisinya dan juga mengaminkan doa yang sama untuknya.


Meira hanya ingin jauh dari hati yang terisi dengan makhluk yg belum jelas akan diberikan untuknya atau tidak. Maka saat ini Meira, setiap kali bertemu dengan sosok yg masuk dalam kriteria yg telah ia ajukan ke Allah, Meira lebih memilih berdoa agar orang yang ia temui itu, orang yang Allah izinkan untuk ia kenal itu, diberikan jodoh terbaiknya didunia dan akhirat oleh Allah.

Di tahun 2021 ini Meira memang tak banyak resolusi, namun Meira ingin mulai membangun halbaik yg dulu pernah ia lakukan, dan mencoba menyelesaikan agenda atau topik bacaan/Belajarnya yg kemarin sempat tejeda karena aktivitas atau amanahnya ditempat lain.

Dear Meira, saat kamu sabar dengan hukum Allah dalam menjalani hidupmu, Allah Pasti akan memuliakanmu di dunia dan akhirat. Meskipun kamu tidak akan lagi se aktif dulu di sosial media, tapi usahamu untuk melakukan kebaikan tanpa terlihat harus selalu ada. Meira mungkin saat ini teman-teman mu beragam latar belakang, prinsip dan nilai yg mereka miliki, tapi Meira harus mau menjalani kehidupan ini atas apa yg Meira yakini. Meira jangan takut untuk belajar dan lebih banyak mengkaji ilmu, Meira tolong mulai fokus akan ilmu, karena saat kamu berpaling dari mempelajarinya, itu tanda setan sudah berhasil memainkan nafsu kamu agar mau turut ke nafsu (mau ini itu, agendakan ini itu).


Ingat Meira, ilmu itulah nanti yang bisa menjadi alatmu untuk mendekat/berdakwa dan menjelajahi bumiNya dengan makna dan tafakur. 


Meiraa. Percayalah, jika Meira tetap terus menjadikan Allah yang satu, maka tak akan ada kekhawatiran bagi Meira untuk segala hal yang belum Meira miliki dan dapatkan.

Karena apa yg Allah tetapkan untuk Meira miliki, tak akan bisa ditolak atau tak akan berpaling ke  Meira. Dan apa yg memang tidak ditetapkan untuk Meira, jika Allah sudah tetapkan bukan untuk Meira, sebesar apapun usaha Meira untuk dapatkan, tidak akan mungkin bisa Meira dapatkan.

Lagi-lagi, kembalikan, serahkan semuanya pada Allah. Karena Allah sebaik-baik pemelihara segala sesuatu. 

Allah yg menentukan, Meira yg harus menjalaninya dengan ikhlas ❤️


Dear Meira, ingat lah, Allah sudah sangat baik ❤️


🌱Cerita Meira dan hidupnya🌱

📬Teman imaji

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi "SALAMA LOKO" dalam pandangan asas Religio Magis Suku Mbojo

TENTANG GHIBAH (Aku dan Saudariku | Jangan Ada Ghibah Dianatara Kita )

5 Langkah Menjadi Pribadi Yang Menarik by Bayu W.Ayogya | Review Buku #edisi1